A. Wisata Pada Zaman Kerajaan Di Indonesia
Perjalanan rekreasi pada masa ini masih terbatas pada orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati rekreasi, antara lain Raja, kaum Bangsawan, dan orang kaya. Hal ini dikarenakan pada masa itu tempat-tempat wisata yang bagus jauh dari tempat tinggal masyrakat pada waktu itu sehingga masyarakat pada waktu itu jarang ada yang melakukan perjalanan pariwisata, selain itu tempat-tempat wisata yang ada biasanya dikhususkan untuk para kerabat Raja dan tertutup untuk rakyat. Maka dari itu pada waktu itu yang melakukan perjalanan wisata hanyalah keluarga raja saja , sedangkan rakyatnya sangat jarang ada yang melakukan perjalanan pariwisata mereka hanya berwisata ke hutan maupun tempat ibadah yang dekat dengan wilayah mereka.
B. Objek Wisata Zaman Kerajaan Di Indonesia
Banyak raja-raja pada masa lampau yang membangun berbagai sarana untuk keperluan yang bersifat rekreatif maupun sebagai tempat tempat perisrirahatan. Pada abad ke-5 Masehi, Raja Tarumanegara membuat sebuah Kanal yang digunakan untuk keperluan pengairan, transportasi, dan juga rekreasi. Adapun objek wisata yang sering dikunjungi oleh para raja dan keluarganya antara lain:
1. Taman Narmada
Taman ini merupakan tempat peristirahatan raja-raja dari kerajaan Bali yang membangun Taman di daerah Pulau Lombok untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan. Di dalam taman-taman itu terdapat beberapa peralatan yang biasa digunakan untuk menghibur raja-raja. Berbeda dengan taman-taman lainnya di Nusa Tenggara Barat, Taman Narmada dibangun sebagai tempat peribadatan dan ritual para raja.
Narmada adalah sebuah taman yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karangasem tepatnya pada tahun 1727 M. Sebagian buku sejarah menyatakan waktu pendiriannya pada tahun 1805 M. Nama taman ini diambil dari sebuah Sungai suci di India, Sungai Narmada. Taman ini menyerupai Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak. Konon, ketika Sang Raja sudah terlalu tua untuk melakukan ritual kurban (pekelan) ke puncak Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 meter, beliau memerintahkan seluruh arsitek kerajaan untuk membawa nuansa Gunung Rinjani ke tengah pusat kota. Akhirnya mereka bersepakat untuk membuat duplikatnya yaitu Taman Narmada. Pada masa lalu, selain sebagai tempat khusus untuk memuja Dewa Shiwa, Taman Narmada juga diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan raja.
2. Kolam Segaran, yang berlokasi di Trowulan, dekat Mojokerto, Jawa Timur, yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, yang berfungsi untuk keperluan rekreasi, disamping itu juga untuk persediaan air di musim kemarau.
3. Tasik Ardi di Banten Lama, yang dibangun oleh Maulana Jusuf pada abad ke 16 Masehi, untuk keperluan irigasi, persediaan air minum bagi Keraton Surosowan, dan untuk keperluan rekreasi.
4. Gunongan, yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, digunakan sebagai tempat peristirahatan dan bersantai bagi permaisurinya.
5. Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena kawah lumpur (mud volcanoes) yang sudah terjadi jauh sebelum jaman Kerajaan Mataram Kuno (732 M—928 M). Bledug Kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Grobogan, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Secara etimologi, nama bledug kuwu berasal dari bahasa Jawa, yaitu ‘bledug‘ yang berarti ledakan/meledak dan ‘kuwu‘ yang diserap dari kata ‘kuwur‘ yang berarti lari/kabur/berhamburan.
Sebenarnya pada waktu itu tempat wisata sangat terbatas sekali, sehingga waktu itu kerajaan-kerajaan yang berkuasa membangun tempat wisata untuk para keluarga istana yang sanagt jarang dibuka untuk umum. Pada waktu itu tempat-tempat yang dibangun kebanyakan berupa tempat-tempat ibadah, makam maupun taman. Selain itu raja-raja dimasa itu banyak melakukan perjalaan wisata berupa berburu hewan kehutan yang dilakukan beberapa hari dan lokasi hutan yang sangat jauh. Selain itu banyak raja yang melakukan perjalanan wisata dengan cara berkunjung ke kerajaan tetangga mereka.dengan memakai kuda maupun kereta kuda.
Perjalanan wisata yang dilakukan oleh para masyarakat pada waktu itu berupa perjalanan wisata religius, maksudnya orang-orang pada waktu itu banyak melakukan perjalanan wisata ke makam-makam keluarga kerajan yang mereka anggap sebagai junjungan atau leluhur mereka. Selain itu mereka berwisata ke tempat-tempat ibadah yang dianggap suci. Dan ada perjalanan wisata lainnya yakni para pedagang yang berdagang ke luar dari daerah mereka untuk berdagang, biasanya mereka mengunjungi kerajan-keraja klainnya sekaligus melakukan kegiatan wisata dengan cara mengunjungi tempat-tempat terkenal didaerah tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus