Selasa, 14 Juni 2011

Biografi Soekarno-Hatta

Soekarno

Soekarno, dilahirkan di Surabaya tahun 1901, sesudah menyelesaikan SMA di kota yang sama, ia pindah ke Bandung untuk belajar teknik (THS). Selama masa studinya di Surabaya, Soekarno tinggal di rumah tokoh terkemuka saat itu, H.O.S. Tjokroaminoto dari Sarekat Islam. Dari tokoh ini Soekarno banyak belajar tentang Islam dan masalah yang dihadapi pergerakan nasional ketika itu, yakni pertentangan diantara kaum Nasionalis, Islam, Komunis. Ia dikenal karena memiliki bakat unik untuk menciptakan sintesis antara konsep Barat dan Islam dengan pemikiran yang berasal yang berakar pada aliran mistik Jawa yang dipengaruhi semangat Hindhu-Budha”.

Tidaklah mengherankan kalau pada saat di Bandung dan bergabung
dengan Studi Klub Bandung yang didirikan Iskaq Tjokrohadisuryo yang baru kembali dari Belanda, ia menulis makalah yang terkenal berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, yang menganjurkan perlunya kerja sama antara ketiga ideologi utama tersebut, sebuah pemikiran yang ternyata kemudian membentuk garis-garis besar pemikiran Soekarno.

Ambisi untuk mempersatukan seluruh pergerakan nasional berhasil, meskipun hanya untuk waktu yang singkat, dengan didirikannya federasi yang dikenal dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI)yang terdiri dari semua partai dan persatuan politik seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Studi Klub Dr. Sutomo, kaum Sumatra, kaum Sunda, dan kaum Betawi, dan juga partainya sendiri, PNI. Meskipun akhirnya gagal menjadi kekuatan perjuangan, mengutip kata-kata Dahm (1971:65), federasi tersebut masih merupakan sebuah nama dan simbol yang berhasil mengubah “Indonesia dari konsep yang dimiliki beberapa orang intelektual menjadi ide yang hidup dan dipegang oleh seluruh rakyat”.

Soekarno merupakan pimpinan karismatik yang percaya pada gerakan politik massa dan usaha untuk mempersatukan semua unsur masyarakat (marhaen) yaitu :wong cilik seperti buruh, petani, pengrajin, nelayan, pedagang, pengusaha industri kecil, dan pemilik tanah yang dieksploitasi oleh kolonialisme dan imperialisme.

Pada tanggal 4 juni 1927, Soekarno bersama dengan anggota-anggota lain “Studi Klub Bandung”, membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai kemerdekaan penuh bagi Indonesia atas dasar aksi massa dan tidak bekerja sama dengan Belanda.

Pada tanggal 24 Desember 1929, ia dan beberapa anggota partainya ditangkap dan Soekarno dijatuhi hukuman penjara empat tahun pada tanggal 3
September 1930. Sesudah dibebaskan pada tanggal 31 desember 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo yang dibentuk oleh Sartono beberapa bulan sebelumnya, yang tidak lama kemudian menjadi ketuanya dan melanjutkan garis perjuangan dengan semangat nasionalisme yang kuat dan radikal. Terkejut dengan perkembangan partai ini yang begitu cepat, Belanda sekali lagi menangkapnya
pada bulan Agustus 1933, yang tanpa diadili, kemudian diasingkan ke Flores dan dipindahkan kemudian ke Bengkulu, Sumatra Selatan.

Hatta

Mohammad Hatta dilahirkan di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, tahun 1902. sesudah menyelesaikan SMA di Jakarta ia berangkat ke Belanda untuk belajar ekonomi politik di Rotterdam. Sebagai mahasiswa ia giat dalam Perhimpunan Indonesia dan kemudian menjadi ketua organisasi mahasiswa yang menerbitkan majalah Indonesia Merdeka, yang menganjurkan kemerdekaan Indonesia dan membahas masalah-masalah di sekitar tujuan itu. Nama “Indonesia” pertama kali diperkenalkan oleh majalah ini sebagai pengganti Nederlands-Indie. Dengan demikian seperti yang diutarakan oleh Dahm bahwa Konsep Politik Indonesia telah lahir

Keanggotaan Perhimpunan Indonesia berasal dari segala bagian kepulauan ini dan mendesak supaya kemerdekaan Indonesia dicapai melalui usaha terpadu dari semua partai dan golongan Indonesia atas dasar tidak bekerja sama dengan Belanda.

Pada tahun 1927-1928, Hatta ditahan selama setengah tahun karena kegiatannya dalam konferensi internasional dan kontak dengan orang-orang komunis dalam pengasingan.Sesudah kembali dari negeri Belanda, Hatta bergabung dengan Partai Pendidikan Nasional yang dikenal sebagai PNI-Pendidikan, yang dibentuk Syahrir tahun 1932, dan tidak lama kemudian ia mengantikan Sjahrir menjadi ketua. Berbeda dengan Soekarno yang memilih gerakan masa sebagai alat politik, Hatta dan Sjahrir lebih menyukai bekerja dengan kader organisasi yang relatif kecil, menekankan pendidikan politik dan latihan untuk orang-orang yang mempunyai kepandaian untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Pada bulan Februari 1934, Hatta dan Sjahrir ditangkap dan diasingkan tanpa diadili ke Boven Digul, Irian Barat, tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Banda .