Cina merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di dunia. Pada mulanya sejarah Cina merupakan perpaduan antara cara-cara magico-religio dengan penyimpanan catatan. Hal ini mempunyai akibat sangat besar terhadap tradisi sejarah dinegeri Cina.
1. Kaisar Kuning (Huang Ti), untuk pertama kali melakukan penunjukkan sejarawan-sejarawan istana. Huang Ti merupakan salah satu pembentuk legendaris kebudayaan Cina.
2. Dinasti Shang (1751-1111 SM).
Arkheologi modern membuktikkan bahwa peramal istana dinasti Shang, telah menyimpan “arsip-arsip” ramalan mereka yang dituliskan pada tulang dan batok kura-kura.
3. Masa awal dinasti Chuo (1111-221 SM)
Catatan terpisah-pisah, terutama bab tertentu dari Shu Ching atau “Sejarah Klasik” mencerminkan suatu minat yang terus menerus pada sejarah keturunan para raja, tata cara dan legitimasi politik.
Zaman negara-negara Berperang (Chan Kuo, 481-221 SM), untuk pertama kalinya muncul pemikiran-pemiiran Cina yang sistematis. Kebiasaan yang selalu mengambil tokoh-tokoh sejarah merupakan faktor penting dalam pemikiran Cina. Confusius (551-479 SM) dan para pengikutnya sangat menekankan inti moral sejarah.
Negara kesatuan yang terbentuk pada tahun 221 SM, merupakan model perkembangan politik Cina pada masa-masa kemudian. Istana meneruskan dan memperkembangkan tradisi masa lalu dalam hal memperkerjakan sejarawan yang diberi tugas memelihara catatan-catatan kegiatan kaisar dan segala macam kejadian penting di dalam kerajaan.
4. Masa dinasti Han Awal (Ch’ien Han, 206 SM-9SM)
Sejarawan agung Ma-ch’ien meneruskan pekerjaan ayahnya menyusun sejarah. Ia menulis Shih,h Chi kitab sejarah pertama yang memuat sejarah Cina dari zaman yang samar-samar sampai pada kira-kira tahun 100 SM.
5. Masa dinasti Han Kemudian (Hou Han, 25-220 M)
Pan-pu, sejarawan istana, menulis kitab sejarah yang merupakan buku pertama dari rangkaian “sejarah dinasti” (tuan-tai sihih). Buku ini diberi nama Sejarah Dinasti Han Awal (Ch’ien Han Shu). Buku Shih Chi dan Ch’ien Han Shu menjadi model dan ditiru para sejarawan lainnya untuk penulisan buku-buku sejarah dinasti pada masa kemudian.
6. Zaman Perpecahan (220-586 SM), dominasi bangsa ‘bar-bar’.
Budhisme perlahan merembes ke dalam pemikiran bangsa Cina, namun demikian Budhisme hanya berpengaruh sangat kecil terhadap pemikiran kesejarahan Cina. Masa awal zaman ini merupakan zaman besar kedua pemikiran kreatif Cina. Liu Hsieh 9465-522 SM), menulis sebuah buku besar mengenai kesusasteraan. Sebagian buku ini membahas pula berbagai masalah historiografi yaitu pentingnya prinsip-prinsip umum, batasan-batasan untuk memilih hal-hal khusus, ukuran untuk mempercayai materi, serta persoalan keobyektifan dan prasangka.
7. Dinasti Tang (618-906) Zaman keemasan kesenian dan kesusasteraan.
Untuk pertama kalinya sejarah menjadi bahan baku dalam kurikulum ujian negara. Seorang pejabat negara Tu Yu (735-812) berusaha membebaskan diri dari tradisi-tradisi catatan dinasti dan menulis T’ung Tien. Berbentuk ensiklopedia dan dianggap sebagai sejarah institusional Cina yang pertama. Pada masa awal Tang diadakan perluasan atas aparat birokrasi yang bertugas mencatat peristiwa-peristiwa, memproses dokumuan, memeliharaarsip dan menulis sejarah.
Dalam menyusun sejarah dinasti, komisi-komisi kekaisaran telah menggantikan pengarang pers diadakan perluasan atas aparat birokrasi yang bertugas mencatat peristiwa-peristiwa, memproses dokumuan, memeliharaarsip dan menulis sejarah.
Dalam menyusun sejarah dinasti, komisi-komisi kekaisaran telah menggantikan pengarang perseorangan. Gejala ini mengawali adanya pembagian historiografi resmi dan tidak resmi yang terus berakhir sampai berakhirnya sistem kekaisaran.
8. Masa Sung (960-1279)
Penulisan sejarah para neo-Confusianisme memperlihatkan suatu kecermatan baru dalam menulis sejarah, kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber tak resmi dan usaha keras untuk menerangkan secara rasional yang dikombinasikan dengan kepercayaan kuat akan kekuatan moral.
9. Masa Dinasti Manchu (Ching, 1644-1911).
Perasaan yang tidak puas atas kekolotan neo-Confusianisme telah menyebabkan timbulnya suatu gerakan kritik yang sangat penting. Empirisme-rasional menyebabkan munculnya prinsip dan metode baru dalam geografis-historis, epigrafi, ilmu purbakala dan bidang-bidang lain. Ketika sistem kekaisaran runtuh. Metode dan semangat keraguan sejarawan baru tergambar secara luas dalam modernisasi historiografi Cina.
A. Pandangan Orang Cina tentang Sejarah
Istilah shih (sejarah) dalam terminologi Cina memiliki bermacam-macam arti. Konsepsi Cina mengenai sejarah ditentukan oleh unsur-unsur tertentu dalam pandangan orang Cina mengenai Dunia.
1. Etnosentrisme. Sejarah terutamaberhubungan dengan “kerajaan ditengah” yaitu bagsa bar-bar yang harus dikucilkan dari kebudayaan Cina yang merngakibatkan adanya isolasi kebudayaan Cina hanya mempunyai pengetahuan sedikit tentang kebudayaan besar lain.
2. Holisme. Pandangan bahwa manusia dan kejadian alam saling berkaitan secara menyeluruh.
3. Pandangan bahwa sejarah merupakan tanggung jawab yang berasal dari masa keemasan.
4. Konsep siklus dalam sejarah politik.
5. Pandangan bahwa ada suatu dinamika moral dalam berbagai kegiatan manusia.
B. Bidang dan Tujuan Historiografi
Tujuan penulisan sejarah terikat dengan keinginan kelas pejabat negara pada umumnya. Yaitu:
Memelihara stabilitas dan ketentraman dengan cara dujalankannya pemerintahan dan ditegakkannya pengawasan sosial, memelihara kekolotan Confusianis, memelihara etika-etika dasar Confusionis dalam masyarakat dalam kesusasteraan dan kesenian, dan perlindungan kedudukan golongan literay dan gentry dari ancaman kaisar yang otokratis atau golongan yang haus kekuasaan.
Ruang lingkup penulisan sejarah Cina:
• Pemusatan perhatian sangat besar terhadap sejarah politik dan pelajaran mengenai stabilitas dan perubahan yang dapat ditarik dari situ.
• Sejarah pranata dilihat dari ibu kota dan dari kaca mata resmi. Bagian ekonomi, dipusatkan pada fungsi reguler pemerintahan.
• Sedikit perhatian terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan dengan golongan literati.
• Sedikit tentang agama-agama yang dianggap murtad.
C. Metode Sejarah.
Metode yang digunakan Sejarawan Cina dapat dibagi menjadi dua kelompok.
1. Metode pencatatan kejadian-kejadian komtemporer.
=> Para sejarawan istana bertugas mencatat setiap hari segala peristiwa istana.
=> Sejarawan tak resmi, mencatat peritiwa-peristiwa yang dialaminya.
2. Metode kompilasi berdasarkan urutan waktu dari catatan-catatan diatas.
=> Dari masa ke masa sejarawan istana mengedit dan mengambil intisari catatan sehari- hari seta menyusunya berdasarkan urytan waktu.
=> Hal serupa juga dilakukan oleh sejarawan tak resmi.
D. Modernisasi Historiografi.
Historiografi tradisional Cina terhenti karena adanya beberapa hal yang mempengaruhi perkembangn historiografi yaitu:
> Terjadinya fase-fase runtuhnya sistem kekaisaran di Cina.
> Masuknya pengaruh Barat.
Mula 1905 sistem ujian negara dihapuskan, diiringi dengan reformasi cepat di bidang pendidikan. Universitas-universitas terkenal dalm tahun 1930-1931, menyediakan beberapa kedudukan bagi sejarawan. Lembaga terkemuka unruk penelitian lanjutan adalah lembaga sejarah dan filologi, sebagai cabang dari Academia Sib=nica yang dibentuk pemerintah pada tahun 1928.
Tahun 1930-1945 menjadi masa suram akibat dari serangan Jepang. 1945-1949, pemerintah nasionalis bersikap tidak toleran terhadap pendapat yang berbeda, sehingga keadaan menjadi tegang dan penindasan makin banyak terjadi. Tahun 1949 para sejarawan harus memilih untuk tinggal di cina atau menyingkir ke Taiwan. Kebanyakan fdari mereka memilih tinggal. Setelah tahun 1949 ada dua pusat penelitian sejarah yaitu Republik Rakyat Cina dan Republik Cina di Taiwan.
Sejak 1949 sejarawan RRC selalu dipaksa untuk menyempurnakan penguasaan atas Marxisme dan menggunakan teori-teori Marxis untuk memunculkan sejaran baru dengan segera, yang cocok dengan pemerintahan baru. Pada umunya alasan-alasan dogmatik telah mengakibatkan studi sejarah di Cina menjadi steril.
Di Taiwan, Acamedica Sinica dihidupkan kembali. Universitas Nasional Taiwan mempunyai fakultas sejarah. Beberapa terbitan berseri terdahulu dari Academica Sinica dicetak kembali, akan tetapi suatu kenyataan bahwa masyarakat sejarah di Taiwan sangat kecil dan terbatas.
Sumber:
Wiodayanta, Danar. 2002. Diktat Kuliah: Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar