Selasa, 14 Juni 2011

Biografi Soekarno-Hatta

Soekarno

Soekarno, dilahirkan di Surabaya tahun 1901, sesudah menyelesaikan SMA di kota yang sama, ia pindah ke Bandung untuk belajar teknik (THS). Selama masa studinya di Surabaya, Soekarno tinggal di rumah tokoh terkemuka saat itu, H.O.S. Tjokroaminoto dari Sarekat Islam. Dari tokoh ini Soekarno banyak belajar tentang Islam dan masalah yang dihadapi pergerakan nasional ketika itu, yakni pertentangan diantara kaum Nasionalis, Islam, Komunis. Ia dikenal karena memiliki bakat unik untuk menciptakan sintesis antara konsep Barat dan Islam dengan pemikiran yang berasal yang berakar pada aliran mistik Jawa yang dipengaruhi semangat Hindhu-Budha”.

Tidaklah mengherankan kalau pada saat di Bandung dan bergabung
dengan Studi Klub Bandung yang didirikan Iskaq Tjokrohadisuryo yang baru kembali dari Belanda, ia menulis makalah yang terkenal berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, yang menganjurkan perlunya kerja sama antara ketiga ideologi utama tersebut, sebuah pemikiran yang ternyata kemudian membentuk garis-garis besar pemikiran Soekarno.

Ambisi untuk mempersatukan seluruh pergerakan nasional berhasil, meskipun hanya untuk waktu yang singkat, dengan didirikannya federasi yang dikenal dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI)yang terdiri dari semua partai dan persatuan politik seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Studi Klub Dr. Sutomo, kaum Sumatra, kaum Sunda, dan kaum Betawi, dan juga partainya sendiri, PNI. Meskipun akhirnya gagal menjadi kekuatan perjuangan, mengutip kata-kata Dahm (1971:65), federasi tersebut masih merupakan sebuah nama dan simbol yang berhasil mengubah “Indonesia dari konsep yang dimiliki beberapa orang intelektual menjadi ide yang hidup dan dipegang oleh seluruh rakyat”.

Soekarno merupakan pimpinan karismatik yang percaya pada gerakan politik massa dan usaha untuk mempersatukan semua unsur masyarakat (marhaen) yaitu :wong cilik seperti buruh, petani, pengrajin, nelayan, pedagang, pengusaha industri kecil, dan pemilik tanah yang dieksploitasi oleh kolonialisme dan imperialisme.

Pada tanggal 4 juni 1927, Soekarno bersama dengan anggota-anggota lain “Studi Klub Bandung”, membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai kemerdekaan penuh bagi Indonesia atas dasar aksi massa dan tidak bekerja sama dengan Belanda.

Pada tanggal 24 Desember 1929, ia dan beberapa anggota partainya ditangkap dan Soekarno dijatuhi hukuman penjara empat tahun pada tanggal 3
September 1930. Sesudah dibebaskan pada tanggal 31 desember 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo yang dibentuk oleh Sartono beberapa bulan sebelumnya, yang tidak lama kemudian menjadi ketuanya dan melanjutkan garis perjuangan dengan semangat nasionalisme yang kuat dan radikal. Terkejut dengan perkembangan partai ini yang begitu cepat, Belanda sekali lagi menangkapnya
pada bulan Agustus 1933, yang tanpa diadili, kemudian diasingkan ke Flores dan dipindahkan kemudian ke Bengkulu, Sumatra Selatan.

Hatta

Mohammad Hatta dilahirkan di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, tahun 1902. sesudah menyelesaikan SMA di Jakarta ia berangkat ke Belanda untuk belajar ekonomi politik di Rotterdam. Sebagai mahasiswa ia giat dalam Perhimpunan Indonesia dan kemudian menjadi ketua organisasi mahasiswa yang menerbitkan majalah Indonesia Merdeka, yang menganjurkan kemerdekaan Indonesia dan membahas masalah-masalah di sekitar tujuan itu. Nama “Indonesia” pertama kali diperkenalkan oleh majalah ini sebagai pengganti Nederlands-Indie. Dengan demikian seperti yang diutarakan oleh Dahm bahwa Konsep Politik Indonesia telah lahir

Keanggotaan Perhimpunan Indonesia berasal dari segala bagian kepulauan ini dan mendesak supaya kemerdekaan Indonesia dicapai melalui usaha terpadu dari semua partai dan golongan Indonesia atas dasar tidak bekerja sama dengan Belanda.

Pada tahun 1927-1928, Hatta ditahan selama setengah tahun karena kegiatannya dalam konferensi internasional dan kontak dengan orang-orang komunis dalam pengasingan.Sesudah kembali dari negeri Belanda, Hatta bergabung dengan Partai Pendidikan Nasional yang dikenal sebagai PNI-Pendidikan, yang dibentuk Syahrir tahun 1932, dan tidak lama kemudian ia mengantikan Sjahrir menjadi ketua. Berbeda dengan Soekarno yang memilih gerakan masa sebagai alat politik, Hatta dan Sjahrir lebih menyukai bekerja dengan kader organisasi yang relatif kecil, menekankan pendidikan politik dan latihan untuk orang-orang yang mempunyai kepandaian untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Pada bulan Februari 1934, Hatta dan Sjahrir ditangkap dan diasingkan tanpa diadili ke Boven Digul, Irian Barat, tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Banda .

Theosentrisme

Theosentrisme memiliki makna yang luas dan dalam. Theosentrisme merupakan filsafat ketuhanan yang bertitik tolak semata-mata kepada kejadian alam. Dalam bukunya yang berjudul “Philosophie” Karl Jaspers (1883) memberikan suatu pembahasan mengenai berbagai macam cara yang dapat menyebabkan manusia mempunyai keinsyafan tentang adanya Tuhan berdasarkan atas hal-hal yang dapat diungkap dengan panca indera. Partama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap pengertian hakiki yag dimiliki oleh manusia senantiasa menunjuk kepada adanya sesuatu yang tidak terbatas. Di samping itu ada cara yang eksistensial, yang menyebabkan manusia menginsyafi bahwa Tuhan terdapat jauh di lubuk hatinya. Juga terdapat cara simbolik, yang menyebabkan orang menginsyafi tentang adanya Tuhan berdasarkan atas hal-hal yang terdapat di dalam mitos-mitos serta tulisan-tulisan keagamaan. Ketiga macam cara tersebut, masing-masing dapat lebih berpengaruh dan diikuti oleh manusia yang satu dibandingkan dengan manusia yang lainnya.
Dalam masalah Teosentrisme, Thomas Aquinas mengajukan lima bukti adanya Tuhan, yaitu:
1. Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama, yaitu Tuhan. Menurut Thomas Aquinas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Seandainya sesuatu yang digerakkan itu menggerakkan dirinya sendiri, maka yang menggerakkan diri sendiri itu harus juga digerakkan olleh sesuatu yang lain, sedang yang menggerakkan ini juga harus digerakkan oleh sesuatu yang lain lagi. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama ini adalah Tuhan.
2. Di dalam dunia yang damai terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdayaguna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati, yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Karena seandainya ada, hal yang menghasilkan dirinya sendiri itu tentu harus mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin. Sebab yang berdayaguna, yang menghasikan sesuatu yang lain itu, juga tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu maka harus ada sebab berdayaguna yang pertama, inilah Tuhan.
3. Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin “ada” dan “tida ada”. Oleh karena semuanya itu juga dapat rusak, maka ada kemungkinan semuanya itu “ada”, atau semuanya itu “tidak ada”. Tidak mungkin, bahwa semuanya itu senaniasa ada. Sebab apa yang munkin “tidak ada” pada suatu waktu memang “tidak ada”, maka pada suatu waktu mungkin saja tidak ada sesuatu. Jika pengandaian ini benar, maka sekarang juga mungkin tidak ada sesuatu. Pada hal apa yang tidak ada, hanyalah dapat dimulai berada, jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada. Jika segala sesuatu hanya mewujudkan kemungkinan saja, tentu harus ada sesuatu yang “adanya” mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah keharusan, “adanya” itu dapat disebabkan oleh sesuatu yang lain atau berada sendiri. Seandainya sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan disebabkan oleh sesuatu yang lain atau berada sendiri. Seandainya sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mungkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karenaitu harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Tuhan.
4. Diantara segala yang ada terdapat hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar, dan lain sebagainya. Apa yang disebut kurang baik, atau leb9h baik, itu tentu disesuaikan dengan sesuatu yang menyerupainya, yang dipakai sebagai ukuran. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Demikian juga halnya dengan yang kurang benar, yang benar dan yang lebih benar, dan lain sebagainya. Dari ini semua dapat disimpulkan, bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab dari segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia, dan sebagainya. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Tuhan.
5. Kita menyaksikan bahwa segala sesuatu yang tidak berakal, seperti umpamanya;tubuh alamiah, berbuat menuju kepada akhirnya. Hal ini tampak dari caranya segala sesuatu yang tidak berakal tadi berbuat, yaitu senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tetapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh sesuatu tokoh yang berakal, berpengetahuan, inilah Tuhan.
Pemikiran August Comte (1798-1857) menempatkan tahap theosentrisme berada pada tahap pertama dalam teori perkembangan pemikiran manusia. Dalam tahap teosentrisme ini ditegaskan bahwa orang mengarahkan rohnya kepada hakikat “batiniah” segala sesuatu, kepada “sebab-pertama” dan “tujuan terakhir” segala sesuatu. Pada taraf pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap yang paling bersahaja atau primitive, ketika orang mengganggap, bahwa segala benda berjiawa (animisme).
2. Tahap ketika orang menurunkan kelompok-kelompok hal-hal tertentu seluruhnya masing-masing diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati, yang melatarbelakanginya, sedemikian rupa, sehingga tiap kawasan gejala-gejala memiliki deaa-dewanya sendiri (politiisme).
3. Tahap yang tertinggi, ketika orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi, yaitu dalam monoteisme.

Mengenai pemikiran agama pada abad ke-20 yang cukup menonjol adalah pemikiran Henri Bergson. Menurut Bergson, agama itu ada dua macam, yaitu:
1. Agama yang statis, yang ttimbul karena hasil karya perkembangan. Di dalam perkembangan ini alam telah memberikan kepada manusia kecakapan untuk menciptakan dongeng-dongeng yang dapat mengikat manusia yangseorang dengan yang lain dan dapat mengikat manusia dengan hidup. Karena akalnya manusia tahu, bahwa ia harus mati. Juga karena akalnya ia tahu, bahwa ada rintangan-rintangan yang tidak terduga, yang merintangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Alam telah membantu manusia untuk memikul kesadaran yang pahit ini dengan khayalan-khayalan. Demikianlah timbul agama sebagai alat bertahan terhadap segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia putus asa
2. Agama yang dinamis, yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama ini manusia dapat berhubungan dengan Asas yang lebih tinggi, yang lebih kuasa dari pada dirinya sendiri, yang menyelami dia tanpa menghapuskan kepribadiannya. Karena agama inilah manusia diikatkan kepada hidup dan masyarakatatas dasar yang lebih tinggi. Ia tahu,bahwa ia dengan kuat dihubungkan dengan suatu asas yang lebih tinggi. Bentuk agama yang paling tinggi adalah mistik.


Surajiyo, (2000), Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, hal.131-132

Historiografi Asia Tenggara

A. Ciri-Ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara

Spereti yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional Asia Tenggara sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan agama itulah maka historiografi di Indonesia dapat dibedakan kedalam empat wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda. Penggolongan ini digunakan untuk menjelaskan secara jelas mengani historiografi di Indonesia. Adapun keempat wiilayah Asia Tenggara tersebut adalah sebagai berikut;

1. Pengaruh Agama Theravada di Muangthai dan Kamboja

Bangsa Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah daerah-daerah di Burma. Negara Burma yang berbatasan dengan India, membuat negara ini mayoritas penganut agama Budha yang juga berasal dari India. Agama Budha yang dianut oleh para bangsa Mon berbeda dengan yang ada di India. Penduduk Mon banyak menganut agam Budha Theravada Sinhala yang masuk ke Burma pada tahun 1190 yang menyebar pada abad ke-13 dari bangsa Mon dna Burma ke bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada yang telah berkembang bangsa-bangsa diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh oleh masyarakat setempat, namun terjadi alkulturasi dengan agama-agama masyarakat pribumi. Berkembangnya agama Budha Theravada ini semakin menggusur keberadaan Budha Mahayana dan Hindu yang sebelumnya banyak berkembang di Asia tenggara. Namun demikian agama Budha Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum elit di Asia Tenggara.

Setelah masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha Hinayyana yang sebelumnya dinut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) ulai tergantikan. Tepatnya pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak kebudayaan dan karya sastra yang dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada. Misalnya pada abad ke-13 bangsa Mon menyusun sebuah kronik (Rajawan dan berbagai bentuk Genelogis) yang menetapkan suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot mengenai raja-raja, serta berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Tradisi ini semakin diperkuat denagn pemasukan ksadaran kronologi yang lebih teliti dalam komposisi tulisan yang dibuat oleh bangsa Mon.

Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma) yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:

a. Tulisan asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta kosmologi Birma sendiri

b. Karya ini disusun oleh para biarawan serta para brahmana terpelajar.

c. Mengandung bahan-bahan berharga bagi tulisan-tulisan pertama dari orang-orang Eropa mengenai Burma.

Tradisi seperti ii juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda perkembangan tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang terpelajar yang berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa yang berbahasa Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian besar kronik ini musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang dipimpin oleh Raja Hsin Byusin. Yang mana Ayuthia kalah dalam ppeprangan ini. Dari semua kronik yang masih tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan meliputi antara tahun 1350-1605. bentuk kronik in kebali dikembangkan pada akhir abad ke-18. kebanyakan kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan negara-negara Malaysia seperti onghala dan Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik tersebut.

2. Pengaruh Islam di Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan

Hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara mendapat pengaruh agama Hindu dan Budha yang berasal dari India. Namun dalam perkembangannya wilayah Indoneisa, Malaysia dan fillipina bagian selatan mendapat pengaruh dari agama Islam, yang kemudian membuat agama Hindu dan Budha kehilangan landasannya di tga daerah tersebut. Dalam awal penulisan sejarah tradisional di Indonesia agama Hindu dan budha memeganga peranan yang cukup penting.

Orang-orang Jawa bnayak meninggalakan monumen dan inskripsi-inskripsi yang bercorak Hindu-Budha. Tidak hanya berupa monumen, sajak-sajak epik seperti Negarakertagama, Pararaton, Babad tanah Jawi (abad 14-17), pemujaan pujangga-pujangga keraton terhadap raja, penyusunan geneologi, serta penyempurnaan sajak-sajak. Orang Jawa dan melayu memiliki kesadaran kontinuitas, keinginan untuk meneruskan kekuasaan yang sah dan kedaulatan tokoh dimasa lampau dengan asal-usul sejarah mereka., selalu dipertahankan hingga berabad-abad. Hal tersebut menyebabkan ketidakadanya ketep[atan kronologis.

Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu lebih berkembang sebagai sejarah, misalnya saja Kitab Sejarah Melayu yang berisi tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu juga kronik bersajak seperti Sha’ir Perang Mekasar. Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu ini merupakan uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum terdapat kronologis, walaupun deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh lebih tepat. Tidak banyak tulisan yang berbau mitos dan lebih banyakl terkandung unsur nilai-nilai tentang kepatuhandan kejujuran. Selain digunakan untuk mendidik juga digunakan untuk menghibur. Contoh yang menonjol dalam sejarah melayu adalah tentang sejarah sosial” Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan Tuhfal-ul Nafls (abad 18-19).

3. Pengaruh Agam dan Budaya Cina di Vietnam

Vietnam bagian Utara adalah salah satu daerah jajahan atau fasal Cina. Selama pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak pengaruh yang diberikan Cina terhadap Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga menanamkan kebudayaan yang mereka miliki kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina itu membuat berhasil menentukan sifat dan historiografi di Vietnam Utara. Karya-karya tradisional seperti Cina masih ada sampai abad ke 19 dan ke 20.

Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.

4. Pengaruh Agama Kristen di Fllipana

Ketika mulai berkembangnya pelayaran samudra yang raai dilakukan oleh bangsa Barat, hal itu mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16 spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel). Penyebaran agama katolik di fillipina mebuat masuk pula bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu. Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.

B. Ciri-ciri Historiografi Tradisional

Sejarah di Asia Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema hingga masuknya peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir. Ada tradisi yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi yang khas di masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing wilayah. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-asing bangsa. Ciri-ciri yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:

1. karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.

2. tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.

3. bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan da;lam hal perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan pada kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.

4. Pertimbangan-pertimbangan astorlogis dan kosmologis cenderung untuk menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan (progress).

Walaupun terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat ula perbedaan-perbedaan dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai berikut:

1. persaingan nasional memperngaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.

2. perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.

3. kebijakan-kebijakanRaja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya, karya-karya islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya yang dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan untuk kepentingan pihak resmi.

4. agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-jawa dari orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.

C. Historiografi Asia Tenggara Modern

Historiografi Modern tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di perkembangan historiografi di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang eropa yang tidak menyeluruh sehngga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi modern. Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebnyakkan hasil tulisan sejarah banyak ditulis oleh orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang Eropa belum dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia Tenggara. Berikut adalah beberapa contoh historiografi modern di Asia tenggara:

1. Indonesia dan Malaysia

Pembentukkan Btavia Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden Hiatory of Sumatra (1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan, serta dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878, mulailah dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indoneisa dan Malaysia. Walaupun demikian penulisan babad masih tetap ada.

2. Burma dan muangthai

Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis karya sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood (A History of Siam, 1902) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Juenal masyarakat Burma dan Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa it sangat bergantung pada penelitian setempat.

3. Vietnam

Sejarawan tradisional Vietnam banyak membantu sarjana-sarjana Perancis yang tergabung dalam Ecole Francais d’Etreme Orient (Sekolah perancis Mengenai timur Jauh), yang didirikan tahun 1900 dan bertujuan untuk engembangkan ilmu sosiologi yang sudah muali berkembang di Perancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat sarjana-sarjana Pernacis tersebut diterbitkan dalam sbuah buletin. Selain itu arsip-arsip kerajaan Hue masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional samapai beberapa tahun sebelum pendudukan Perancis. Sehingga semakin mempermudah penelitian yang dilakukan oleh sarjana-sarjana asal Perancia.

4. Fillipina

Pada masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson (The Phillipine Island, 1493-1889) yang terdiri dari 55 jilid dan diterbitkan tahun 1903-1909.

Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia yang berbeda-beda. Antara lain;

1. Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat asli, biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para Arkeolog. Salah satu contohnya adalah karya N.J Krom engenai sejarah kuno Indonesia.

2. Sejarah Koonial biasanya mencakup masalah perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang eropa.

3. Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli, metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.

Di Muangthain dan fillipina perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Di Muangthai d Universitas Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah kuno dan sejarah modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti Santo Thomas tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19 mulai banyak memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908 orang-orang Amerika mendirikanuniversitas di Filipina dna mengajarkan sejarah modern.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara laiin:

1. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno hingga modern merupakan unit sejarah yang lengkap.

2. Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai historiografi Indonesa yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.

3. Usaha membentuk pertemuan Internasional Association of Historians of Asia, yang melakukan kongres tiga atau empat tahun sekali.

D. Ciri-ciri Historiografi Modern Asia Tenggara

Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina, historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme. Seperti terlihat dalam bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan dibuat guna membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Untuk menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagia bangsa yang jahat dan selalu merugikan bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak terdapat mengenai tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro, dan lain sebagainya.

Pada sejarah modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah Nasional dibandingkan dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya sekarang ini para sejarawan sudah mulai banyak menggun akan metode-metode dalam penulisan sejarah.



DAFTAR PUSTAKA

Anggar Kaswani. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta offset.
Danar Widiyanto. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY
D. G. E. Hall. 1968. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.
Sartono Kartodirjo. 1982. Pemikiran dan perkembangan historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia.
. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi:Arah dan Perspekti: Gramediaf Taufik Abdullah & Abdurrachman Suryomiharjo. Jakarta
Toynbee. Arnold. 2006. Sejarah Umat Manusia: Uraian Analitis, Kronologis, Naratf dan Komparatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

diambil dari:http://defie88.multiply.com/journal/item/2